Pada hari Selasa 22 April 2025 masyarakat dunia memperingati Hari Bumi. Peringatan ini dapat dijadikan sebagai bentuk renungan untuk kita umat manusia yang mendiami planet bumi ini. Kita sebagai makhluk yang dominan memiliki pengaruh pada bumi sudah seharusnya memahami betapa pentingnya menjaga kelestarian bumi beserta seluruh ekosistemnya yang tersebar di berbagai tempat. Kementerian Agama Republik Indonesia menunjukkan kepeduliannya terhadap isu lingkungan di bumi, dengan melaksanakan even gerakan menanam 1 juta pohon matoa di seluruh Indonesia. Inisiatif gerakan tanam pohon ini merupakan simbol kepedulian dan ajakan nyata kepada manusia untuk merawat alam, sekaligus menumbuhkan kembali kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam ciptaan Tuhan.
Kenapa Pohon Matoa?
Pemilihan pohon matoa untuk even ini tentu mengundang pertanyaan banyak orang. Abu Rokhmad, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, menyatakan pemilihan pohon matoa untuk even penanaman sejuta pohon ini karena merupakan tumbuhan asli Indonesia. Pohon ini mudah tumbuh di banyak jenis tanah, cepat berbuah, dan memiliki nilai ekonomi.
Hasil penelitian Endes N Dahlan berjudul “Jumlah Emisi Gas CO2 Dan Pemilihan Jenis Tanaman Berdaya Rosot Sangat Tinggi: Studi Kasus di Kota Bogor”, yang terbit di jurnal ilmiah Media Konservasi Volume 13 Nomor 2, Agustus 2008 matoa termasuk dari 10 pohon yang memiliki kemampuan penyerapan karbon dioksida yang tinggi dibandingkan lainnya. Pohon matoa dapat menyerap karbon dioksida hingga 329,76 kilogram per tahun. Pohon matoa, dengan kemampuannya menyerap karbon dioksida, berperan penting dalam menjaga keseimbangan gas di atmosfer.
Taksonomi dan Morfologi Matoa
Matoa (Pometia pinnata) adalah tumbuhan buah dari keluarga Sapindaceae, yang memiliki berbagai karakteristik biologis. Secara taksonomi matoa diklasifikasikan termasuk dalam kerajaan Plantae (tumbuhan), divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), subdivisi Angiospermae, kelas Magnoliopsida (tumbuhan dikotil), ordo Sapindales, famili: Sapindaceae (keluarga rambutan-rambutanan), genus Pometia, spesies Pinnata. Secara morfologi matoa merupakan pohon berakar tunggang, berdaun tunggal, batang pohonnya dapat mencapai ketinggian hingga 18 meter dan memiliki buah dengan kulit kenyal dan warna-warni (merah, hijau atau kuning) dengan daging buah berwarna bening dan rasa manis yang khas.
Penyebaran Matoa
Matoa tumbuh menyebar di berbagai daerah tropis di Indonesia dengan habitatnya antara lain tumbuh liar di hutan-hutan Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa, serta di Malaysia, Papua New Guinea, dan daerah tropis Australia. Pohon yang menjadi tanaman khas identitas flora di pulau Papua ini memiliki beberapa varietas yang dibedakan berdasarkan warna kulit buahnya, seperti Emme Bhanggahe (kulit merah), Emme Anokhong (kulit hijau), dan Emme Khabhelaw (kulit kuning). Matoa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan tinggi (>1200 mm/tahun) dan tanah yang tidak tergenang.
Manfaat Matoa
Pohon matoa memiliki berbagai manfaat, mulai dari buahnya yang kaya nutrisi hingga kayu dan daunnya yang memiliki khasiat obat. Beberapa manfaat buah matoa menurut berbagai sumber sebagai berikut :
Manfaat Lain dari Pohon Matoa.
Bagian lain dari pohon matoa ternyata juga banyak memberi manfaat mulai dari daun, kayu, kulit kayu hingga bijinya, antara lain :
Pengobatan Tradisional Papua
Masyarakat Papua telah memanfaatkan tanaman matoa sebagai tumbuhan herbal untuk pengobatan tradisional. Kulit batang matoa digunakan untuk mengobati luka bakar dan cacar, sedangkan kombinasi daun dan kulit batang matoa digunakan untuk mengobati infeksi mulut, perut kembung, diare, disentri, nyeri tulang, otot, sendi, dan sakit kepala, demam, flu, diabetes, dan bisul.
Kesimpulan
Daun yang lebar, mampu tumbuh tinggi, dapat menjadi perindang, menghasilkan buah dan memiliki nilai ekonomi tentu menjadi salah satu keunggulan matoa sehingga dipilih sebagai pohon untuk even gerakan menanam sejuta pohon dalam rangka Hari Bumi oleh Kementerian Agama RI. Mari berharap pohon-pohon Matoa yang ditanam ini dapat tumbuh dengan baik dan memberikan manfaat jangka panjang untuk generasi mendatang. Dengan menanam pohon, kita mengajarkan kepada generasi penerus tentang tanggung jawab terhadap bumi yang kita cintai ini.(agg)
Beri Komentar