Kamis, 03-07-2025
  • MAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - PrestasiMAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - PrestasiMAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - PrestasiMAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - PrestasiMAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - Prestasi
  • MAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - PrestasiMAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - PrestasiMAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - PrestasiMAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - PrestasiMAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - Mandiri - Akhlak Mulia - Nasionalis - Terampil - Adaptif - Prestasi

Keistimewaan Bulan Muharram: Perspektif Keilmuan dan Keislaman

Diterbitkan : Jumat, 27 Juni 2025

Bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriah, seringkali luput dari perhatian banyak umat Muslim, seolah-olah ia hanyalah gerbang pembuka tahun yang baru. Padahal, Muharram menyimpan keutamaan dan peristiwa-peristiwa agung yang dicatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah Islam. Lebih dari itu, kajian mendalam terhadap kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab klasik para ulama salaf memberikan perspektif yang kaya akan keistimewaan bulan ini, yang sepatutnya kita resapi untuk menumbuhkan kekaguman dan ketaatan.

Muharram dalam Lensa Al-Qur’an dan Tafsirnya
Meskipun Al-Qur’an tidak secara spesifik menyebut nama “Muharram”, keberadaannya sebagai salah satu dari empat bulan haram (bulan yang dimuliakan) termaktub jelas. Allah SWT berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 36:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu…”
Para mufassir, seperti Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa empat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Mereka sepakat bahwa pada bulan-bulan ini, larangan berbuat dosa dan kezaliman ditekankan berkali lipat. Mengapa demikian? Karena kemuliaan bulan tersebut menjadikan dosa yang dilakukan di dalamnya terasa lebih berat, sebagaimana pahala amal saleh yang dilipatgandakan. Oleh karena itu, Muharram adalah momentum introspeksi diri, menghentikan kebiasaan buruk, dan memulai lembaran baru dengan penuh ketaatan.

Kitab tafsir lainnya, seperti Tafsir Al-Jalalain dan Tafsir Ath-Thabari, juga mengulas pentingnya menjaga diri dari perbuatan haram di bulan-bulan ini. Mereka menekankan bahwa pengharaman ini adalah bentuk rahmat Allah untuk memberikan kesempatan kepada hamba-Nya agar lebih fokus pada ibadah dan menjauhi maksiat, demi kemaslahatan di dunia dan akhirat.

Narasi Keistimewaan dalam Kitab-Kitab Klasik
Kitab-kitab hadis dan fikih klasik banyak memuat riwayat-riwayat yang menguraikan keutamaan bulan Muharram, khususnya terkait dengan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) dan puasa Tasu’a (tanggal 9 Muharram).
Imam Muslim dalam Shahih Muslim-nya meriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam.”
Hadis ini secara eksplisit menunjukkan posisi istimewa Muharram sebagai bulan yang sangat dianjurkan untuk berpuasa. Para ulama, seperti Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim-nya, menjelaskan bahwa anjuran ini didasari oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kemuliaan Muharram sebagai bulan haram dan adanya peristiwa bersejarah yang terjadi di dalamnya.
Peristiwa yang paling dominan adalah penyelamatan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari kejaran Firaun pada hari Asyura. Kisah ini diriwayatkan secara luas dalam berbagai kitab klasik, termasuk Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk karya Imam Ath-Thabari dan Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Imam Ibnu Katsir. Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah dan mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura sebagai bentuk syukur atas penyelamatan Musa, beliau bersabda: “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian.” Sejak saat itu, puasa Asyura disyariatkan bagi umat Islam, bahkan dianjurkan untuk menyertakannya dengan puasa Tasu’a untuk membedakan diri dari kebiasaan kaum Yahudi.
Selain itu, beberapa ulama, seperti Imam As-Suyuthi dalam Ad-Durr Al-Mantsur fit Tafsir bil Ma’tsur, juga mengutip riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa penciptaan langit, bumi, Lauhul Mahfudz, dan Qalam terjadi pada bulan Muharram. Meskipun riwayat-riwayat ini perlu diteliti lebih lanjut kesahihannya, namun menunjukkan bagaimana tradisi keilmuan Islam memandang Muharram sebagai bulan yang sarat dengan peristiwa penciptaan dan permulaan.

Implikasi dan Refleksi
Dari perspektif kitab tafsir dan kitab klasik, bulan Muharram bukanlah sekadar penanda dimulainya tahun baru. Ia adalah bulan yang penuh berkah dan keutamaan, yang menuntut kita untuk:

  1. Meningkatkan Ketaatan: Menyadari bahwa Muharram adalah bulan haram, kita harus lebih berhati-hati dalam setiap tindakan, perkataan, dan pikiran. Ini adalah waktu yang tepat untuk menjauhi maksiat dan mendekatkan diri kepada Allah.
  2. Menghidupkan Puasa Sunah: Anjuran puasa di bulan Muharram, khususnya puasa Tasu’a dan Asyura, adalah kesempatan emas untuk meraih pahala yang besar dan meneladani Rasulullah SAW.
  3. Memperbanyak Amal Saleh: Sebagaimana dosa dilipatgandakan, demikian pula pahala kebaikan. Ini adalah momentum untuk memperbanyak sedekah, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan melakukan amal kebaikan lainnya.
  4. Introspeksi Diri: Sebagai awal tahun, Muharram adalah waktu yang ideal untuk melakukan muhasabah (evaluasi diri) terhadap perjalanan spiritual kita di tahun sebelumnya, serta merencanakan perbaikan untuk tahun yang akan datang.
    Dengan memahami keistimewaan bulan Muharram dari perspektif yang mendalam ini, kita berharap dapat mengoptimalkan setiap detik di dalamnya untuk meraih rida Allah SWT dan menjadikan tahun baru Hijriah sebagai lembaran yang lebih baik dalam catatan amal kita. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita.

KONTAK KAMI
(0274) 391377

Jl. Sunan Ampel 68 Trimulyo II Kepek Wonosari Gunungkidul Yogyakarta 55813

man1gunungkidul@gmail.com