Info Sekolah
Senin, 22 Des 2025
  • MAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - MANDIRI - AKHLAKUL KARIMAH - NASIONALIS - TERAMPIL - ADAPTIF - PRESTASI
  • MAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - MANDIRI - AKHLAKUL KARIMAH - NASIONALIS - TERAMPIL - ADAPTIF - PRESTASI
22 Desember 2025

Sebuah Puisi Tentang Ibu dan Makanan Favoritku

Sen, 22 Desember 2025 Dibaca 6x

Oleh : Andi Hidayat, S.Pd.

Guru Geografi MAN 1 Gunungkidul

-=-=-=-=-

Di balik setiap kenangan masa kecil, ada semacam aroma kuat yang melekat di hati, aroma yang akan membawaku pulang pada rasa cinta pertamaku. Bagiku, aroma itu adalah wangi ubi panggang yang selalu ibu siapkan dengan penuh kesabaran, di sore-sore yang hangat atau malam-malam yang tenang.

Ubi panggang buatan ibuku bukan sekadar makanan. Ia adalah simbol kasih tanpa kata, pengorbanan yang tulus, dan kehangatan yang tak pernah lekang oleh waktu. Dari tangan ibulah aku belajar bahwa cinta sering kali hadir dalam bentuk sederhana: sesuatu yang dipanggang dengan sabar, dibagi dengan tulus, dan dikenang sepanjang hidup.

Melalui puisi ini, aku ingin mengabadikan rasa terima kasih untuk seorang perempuan kuat yang mengajari saya arti kehangatan—baik dari pelukannya, maupun dari ubi panggang yang selalu ia tawarkan dengan senyuman. Semoga setiap barisnya bisa menyentuh hati, mengingatkan kita semua pada cinta ibu yang tak pernah pudar.

UBI PANGGANG IBU

Ubi kering yang kupanggang bersama kerang di tepi karang ini.
Pelan mengajak kembali mengintip masa lalu
Pada ibu yang sering memanggang ubi untukku
Sedikit olesan jlantah di gosong-gosongnya
Ia hidangkan penuh binar. Menghibur lapar

Retak-retak di ubi panggang gosong ini
Mengingatkanku pada senyuman Ibu
Pada nakal dan bandel masa kecilku
Ketika murka Abi tak kunjung reda
Tak sedikitpun Ibu kehilangan iba
Belai lembutnya mengusir gelisah
Meredakan tangisku yang lama pecah

Gurih renyah ubi panggang gosong ini
Mengingatkanku pada keikhlasan ibu
Pada kasih tulus yang akan selalu tertulis di kisah hebatnya
Pada cintanya yang tak akan lapuk oleh cengkraman masa
Pada pengabdian yang akan terus diagungkan dalam cerita keabadian

Pahit-pahit ubi panggang gosong ini
Mengingatkanku pada kesabaran Ibu
Menerima bertubi-tubi kedurhakaanku
Menerima beribu-ribu penyesalanku
Menerima berjuta-juta permintaan maafku

Gosong-gosong ubi panggang yang berguguran di celah karang ini
Mengingatkanku pada keriput-keriput Ibu
Pada uban-uban yang berjatuhan di ubin-ubin kamarnya
Pada telapak kakinya yang mulai lelah menyangga raga
Pada kekanakan yang membungkus kenenekannya
Pada segala kenang yang perlahan menjauh dari keningnya
Pada usianya yang telah bergelantungan di langit senja


Gunungkidul, 2021
@ndhee

Artikel Lainnya