Satu lagi shahabiyah terbaik yang pernah hadir dan dimiliki Islam. Beliau bukan istri nabi, bukan pula wanita yang punya seabreg jabatan tinggi, namun kisahnya sungguh mampu menginspirasi wanita muslimah yang mengenalnya.
Bagaimana kisah hidupnya tidak menginspirasi. Wanita hebat dengan keikhlasan yang sungguh luarbiasa meski tengah dilanda luka mahadasyat saat harus merelakan putra-putranya mendahului menghadap sang kholik dalam waktu yang berdekatan sementara saat peristiwa kehilangan itu sang suami tidak berada di dekatnya karena sedang berjihad.
Ummu Sulaim menunjukkan sikap yang bijak menjadi seorang isteri yang tidak mau memberikan beban luka kepada kekasih hatinya yang sedang berjuang samapai saatnya pulang. Apakah beliau tidak merasa kehilangan atas meninggal anak-anak-anaknya atau bahkan ada yang berkata kenapa Ummu Sulaim tega tidak memberi kabar kepada suami sekaligus ayah dari anak-anaknya. Apakah beliau tidak berpikir bagaimana perasaan suaminya nanti jika saat pulang tidak menjumpai anak-anaknya lagi?
Ummu Sulaim juga tentunya dalam hati dan pikirannya berkecamuk bercampur rasa sedih,takut dan bingung bagaimana menceritakan peristiwa duka itu kepada suami saat pulang nanti. Namun rasa takut dan cemas itu beliau tepis karena yakin bahwa keputusannya untuk tidak langsung menceritakan kepada suaminya adalah pilihan terbaik agar suaminya yang sedang berjihad lebih fokus dan tidak terganggu. Sungguh wanita yang hebat ditengah perasaan nya sebagai seorang ibu yang dalam kondisi sedih harus mengesampingan kesedihannya demi menjaga perasaan suaminya yang tengah di medan juang.
Dengan rasa sedih, Ummu Sulaimpun akhirnya dibantu keluarganya menguburkan anaknya yang masih kecil tanpa hadirnya seorang suami dan mencoba tegar dan ikhlas. Setelah memakamkan anaknya, Ummu Sulaim berpesan kepada keluarganya agar tidak memberi kabar kepada suaminya tentang hal ini terlebih dahulu.
Pada suatu ketika suaminya telah kembali dari perjalanan, Ummu Sulaim tidak langsung memberi kabar duka tersebut, akan tetapi masih menyiapkan segala kebutuhan termasuk melayani suaminya dengan penuh kasih. Pada saat itu suaminya hanya berpikr mungkin anaknya tengah istirahat.
Pada keesokan harinya, Ummu Sulaim mengajak berbicara dengan suaminya dan bertanya “Duhai suaminya jika ada seseorang yang menitipkan barangnya kemudian mereka meminta kembali barang tersebut, apakah layak kita menahannya?”
Abu Thalhah berkata “ Tentu tidak layak!”
Kemudian Ummu Sulaim melanjutkan perkataannya dengan lembut. “Anak kita adalah titipan Alloh dan kini Dia telah mengambilnya kembali”.
Mendengar apa yang disampaikan isterinya, Abu Thalhah marah dan kaget dan langsung pergi meninggalkan istrinya untuk bertemu Rasulullah dan menyampaikan kejadian tersebut dan mendapatkan jawaban “ Kalian akan diberkahi Alloh”
Tidak berselang lama berita gembira itu datang kepada keluarga Abu Thalhah dan Ummu Sulaim dengan diberikan anak-anak yang sholih dan menjadi suhada kebanggaan umat Islam.
Dari kisah singkat tentang Ummu Sulaim dapat diambil hikmah yang luar biasa bahwa setiap manusia akan selalu diuji dengan kapasitas masing-masing dan yang menjadi kunci adalah bagaimana kita menyikapi segala cobaan dengan sikap tabah dan kedewasaan. Ketabahan dan keikhlasan menerima cobaan Alloh tanpa rasa keluh kesah atau menyalahkan Alloh pada akhirnya kita akan diberi solusi terindah dari Alloh.(str)