Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu pendidikan karakter yang paling utama. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Keberhasilan proses pembelajaran Akidah Akhlak ditandai dengan tercapainya tujuan dalam penanaman konsep akidah dan perilaku keseharian. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata peserta didik yang menunjukkan sama dengan atau lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) di MAN 1 Gunungkidul kelas XII. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata belajar Akidah Akhlak peserta didik pada penilaian harian yang masih rendah, kemungkainan ini disebabkan juga karena peserta didik kurang bisa memahami materi tentang “Mujahadah An-Nafsi/Kolaboratif”
Hasil observasi proses pembelajaran Akidah Akhlak menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik memiliki minat membaca rendah, kerja sama atau kerja kelompok antar peserta didik belum baik, sebagian besar peserta didik masih pasif dalam diskusi serta belum dapat menentukan sikap yang tepat jika dihadapkan dengan permasalahan di lingkungan sendiri. Dalam hal ini, memberi petunjuk bahwa hasil belajar peserta didik belum optimal. Berdasarkan hal tersebut memerlukan inovasi model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan peserta didik dalam mempelajari Akidah Akhlak meningkatkan hasil belajar baik pengetahuan maupun keterampilan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan metode Make A Mathc. Kelebihan dalam penerapan metode Make A Match diantaranya adalah: peserta didik dapat terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu, meningkatkan kreatifitas belajar peserta didik, menghindari kejenuhan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru. Adapun kelebihan metode Make A Match suliut mengatur ritme jalannya proses pembelajaran, peserta didik kurang menyerap makna pembelajaran yang disampaikan, karena dianggap bermain saja, peserta didik sulit untuk konsentrasi menurut Lorna Curran ( 1994 : 18 )
Menurut Miftahul Huda (2019: 253) Metode Make A Match disajikan dalam langkah-langkah berikut: guru menyampaikan materi, peserta didik dibagi menjadi 2 kelompok (A dan B) . Kedua kelompok diminta untuk berhadapan, guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B, lalu guru menyampaikan kepada peseta didik bahwa mereka harus mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikn batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka menemukan pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu jika waktu sudah habis. Peserta didik yang belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul tersendiri. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi, lalu langkah terakhir guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang presentasi.
Metode Maka A Match saat ini menjadi salah satu metode penting dalam ruang kelas. Tujuan strategi ini antara lain : pendalaman materi, penggalian materi, dan edutainment. Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini.