Belajar bahasa Inggris itu sering kali tidak mulus. Kadang kita kehabisan kosakata, lidah rasanya kaku, dan grammar pun suka main petak umpet. Tapi justru dari kekurangan itu, lahir kreativitas yang luar biasa—termasuk dalam menciptakan kata-kata atau kalimat versi sendiri. Misalnya, ketika udara sedang sangat panas, seorang teman dengan polos (dan percaya diri) berkata: “Today is hot potato potato!” Kita semua tertawa. Tapi… kita semua paham maksudnya!
Inilah yang disebut sebagai kecerdikan bahasa dalam keterbatasan. Ketika belum hafal kata “scorching” atau belum terbiasa mengatakan “It’s very hot today”, maka pilihan terbaik adalah menggabungkan kata yang sudah dikenal—meski hasilnya kadang terdengar seperti menu sarapan. “Hot potato potato” mungkin bukan idiom resmi dalam kamus Oxford, tapi sebagai ekspresi darurat, ia sukses besar.
Kreasi semacam ini tidak hanya terjadi di ruang kelas, tapi juga di obrolan sehari-hari, di media sosial, bahkan di ruang kantor. Seorang rekan kerja yang ingin mengucapkan “I’m not feeling well” karena flu, bisa saja menyatakan: “My nose is flooding, I am tsunami.” Apakah ini benar secara gramatikal? Tentu tidak. Tapi adakah yang gagal paham? Tidak juga. Justru ekspresi itu menambah warna dan kehangatan suasana.
Pandangan ini sejalan dengan pendapat O’Malley dan Chamot (1990) yang menyebutkan bahwa salah satu strategi belajar bahasa yang efektif adalah strategi penciptaan (creating or elaborating). Dalam strategi ini, pelajar menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk membentuk makna baru—termasuk menciptakan kosakata atau ungkapan sendiri untuk mengekspresikan ide. Strategi ini tidak hanya mendorong keberanian, tetapi juga mengaktifkan kemampuan berpikir kritis dan reflektif, serta memperkuat daya ingat.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam proses belajar bahasa, keberanian dan kreativitas adalah modal yang sangat penting. Keterbatasan bukan penghalang; ia adalah pemicu untuk menciptakan. Bahkan banyak guru bahasa Inggris yang diam-diam menikmati momen ketika muridnya membuat kalimat seperti, “I am very hungry, I can eat a dinosaur,” atau “My heart is broken like mie instan.”
Sering kali, pelajar takut berbicara karena khawatir salah. Namun dengan pendekatan seperti ini—yang lucu, berani, dan penuh imajinasi—kecemasan itu perlahan hilang. Karena bahasa bukan hanya tentang benar atau salah, tapi juga soal menyampaikan makna. Dan kalau kalimat buatan sendiri bisa membuat lawan bicara tertawa dan mengerti, bukankah itu pencapaian yang layak dirayakan?
Fenomena ini juga membuktikan bahwa belajar bahasa bukan cuma soal hafalan, tapi soal permainan dan keberanian. Kita pernah mendengar “I very love you” atau “Don’t forget bring your self!” Kalimat-kalimat ini mungkin salah menurut aturan, tapi mereka lahir dari usaha keras untuk menyambungkan pikiran dan lidah—dan itu jauh lebih penting daripada diam demi kesempurnaan.
Sebagai contoh, beberapa ‘temuan kreatif’ yang mengundang tawa dan kagum antara lain:
– “My stomach singing” (perut lapar)
– “This food make explode” (makanan pedas)
– “I am dizzy like spinning top” (pusing)
– “He give me butterfly in stomach” (jatuh cinta)
Kalimat-kalimat ini adalah bentuk cinta yang jujur kepada bahasa—dengan gaya bebas yang penuh daya cipta.
Guru dan fasilitator bahasa sebaiknya menangkap peluang ini, menjadikannya sebagai pendekatan pembelajaran yang menyenangkan. Bisa dibuat proyek “Kalimat Ciptaan Mingguan”, di mana siswa diminta membuat kalimat bebas dengan bahasa Inggris seadanya, lalu diterjemahkan bersama. Alih-alih dihukum karena salah, mereka diberi panggung untuk percaya diri.
Dengan begitu, belajar bahasa Inggris tidak lagi terasa seperti lomba kecerdasan, melainkan petualangan bermain kata. Kalimat yang nyeleneh bisa menjadi jalan masuk menuju bentuk yang benar. Dari “hot potato potato”, pelajar akan terdorong untuk bertanya: “Lalu seharusnya bagaimana ya bilangnya?”—dan itulah awal dari pembelajaran sejati.
Pada akhirnya, bahasa bukan hanya milik para ahli tata bahasa. Bahasa adalah milik siapa saja yang ingin menyampaikan rasa, tawa, cerita, dan cinta. Maka ketika Anda mendengar seseorang berkata, “I cannot brain this problem,” jangan buru-buru mengoreksi. Bisa jadi, itu kalimat paling jujur dan paling ekspresif hari ini. Dan siapa tahu, di balik kalimat itu… lahir pembelajar bahasa yang luar biasa.