Tahukah kalian, makanan khas Gunungkidul yang sedang rilis di bulan April 2025? Bagi petani di Gunungkidul, makanan khas (hewan) ini menjadi pertanda pergantian musim, yaitu masuk musim kemarau. Kalau kalian memperhatikan suara-suara di alam sekitar setelah matahari terbit, maka suara-suara hewan ini akan jelas terdengar. Pada masa kecil kita dulu, namanya Garengpung
Garengpung adalah serangga yang mirip lalat besar. Biasanya Garengpung bernyanyi di pagi menjelang siang. Sambil hinggap di batang pohon yang besar, ia bersuara keras dengan menggesekkan kedua sayapnya. Uniknya, Garengpung hanya muncul ketika musim hujan telah berakhir dan musim kemarau tiba. Tak mengherankan Garengpung dianggap sebagai penanda datangnya musim kemarau. Biasanya serangga yang terbangnya sangat cepat itu muncul sekitar bulan Maret sampai Mei. Garengpung masih bisa ditemukan di wilayah yang banyak pepohonan.
Garengpung adalah serangga yang masuk ke dalam keluarga Cicadae. Ada 3 spesies, yaitu Magicicada Septendenci, Magicicada Cassini, dan Magicicada Septendecula. Di Indonesia yang beriklim tropis, Garengpung muncul setahun sekali yaitu di awal musim kemarau. Sedangkan di Amerika Serikat, ada juga serangga sejenis Garengpung tetapi hanya muncul 17 tahun sekali. Ada juga yang siklus kemunculannya 13 tahun sekali. Sebelum dewasa, Garengpung hanya sembunyi di dalam tanah dan bertahan hidup dengan menghisap nutrisi dari akar pepohonan. Begitu keluar dari tanah, Garengpung besar itu hinggap di batang pohon. Si jantan kan mengeluarkan suara untuk menarik perhatian si betina. Setelah kimpoi, si betina bertelur di celah-celah daun. Jumlahnya mencapai ratusan telur. Menetaslah serangga muda yang kemudian masuk kembali ke dalam tanah.
Garengpun yang panjangnya sekitar 4 cm dan sebesar jempol orang dewasa itu memiliki warna tubuh keabu-abuan. Serangga ini mempunyai sepasang mata faset yang letaknya terpisah jauh di kepalanya dan biasanya juga memiliki sayap yang tembus pandang. Bentuknya kadang-kadang seperti lalat yang besar, meskipun ada tonggeret yang berukuran kecil. Tonggeret hidup di daerah beriklim sedang hingga tropis dan sangat mudah dikenali di antara serangga lainnya, terutama karena tubuhnya yang besar dan akustik luar biasa yang dihasilkan dari alat penghasil suara di bawah sayapnya.
Suara Garengpung, ditafsirkan oleh masyarakat petani Jawa sebagai pertanda masuknya musim kemarau. Masyarakat Jawa terutama petani, memiliki ngelmu titen, yaitu kebiasaan untuk menafsirkan berbagai hal melalui tanda-tanda yang ada. Sebagai masyarakat berkultur pertanian, ngelmu titen juga digunakan untuk memahami kapan petani dapat beraktivitas mulai dari menebar benih padi hingga memanennya. Mereka mempunyai sistem penanggalan khusus pertanian yang disebut sebagai pranata mangsa (ketentuan musim). Nah, keluarnya suara Garengpung ini termasuk mangsa kasanga.
Sayangnya garengpung akhir-akhir ini menjadi incaran orang-orang untuk diburu, dia dijadikan bahan makanan. Bahkan ada yang dengan jelas-jelas mengiklankan kuliner masakan garengpung. Sebagian orang menilai jika hewan ini lebih enak dibanding belalang. Kalau hewan ini punah gimana ya? Apakah ngelmu titen petani juga akan hilang, seiring dengan perburuan terhadap garengpung? Mari kita jaga alam sekitar, dengan tetap menjaga ekosistem alam.