Di desa-desa hijau nan permai
Bumi berbinar tersenyum aduhai
Melihat petani rajin menyemai
Panen lancar laksana air berderai
Namun desa hijau perlahan menghilang
Bumi tersentak marah meradang
Melihat ribuan hektar sawah ladang
Berganti gedung milik kaum adigang
Di lembah-lembah nan subur
Bumi tak henti bertasyakur
Melihat manusia hidup dalam makmur
Penuh syukur jauh dari sifat kufur
Namun lembah subur perlahan mengering
Bumi menangis tanpa irama nyaring
Melihat pohon-pohon di puncak menjadi puing
Berganti gazebo-gazebo milik orang asing
Di kota-kota penuh keteraturan
Bumi riang penuh kebahagiaan
Melihat derap laju pembangunan
Proyek-proyek memajukan kemakmuran
Namun kota-kota teratur perlahan luntur
Bumi merasa sesak bercampur baur
Melihat norma dan hukum dianggap sudah uzur
Berganti konsumerisme yang justru dipercaya bernilai luhur
Di pantai-pantai elok nan alamiah
Bumi terlihat begitu sumringah
Melihat laut membiru begitu indah
Pesisir menjaga penuh amanah
Namun pantai elok perlahan punah
Bumi tersedu terbalut amarah
Melihat pantai biru kini telah berubah
Berganti keruhnya limbah dan genangan sampah
Di hutan-hutan melebat hijau
Bumi berbinar dalam kilau
Melihat satwa tak pernah risau
Pepohonan kokoh indah memukau
Namun hutan-hutan itu kini tak lagi syahdu
Bumi tenggelam dalam sedu sendu
Melihat satwa tak lagi bernyanyi merdu
Berganti desing mesin gergaji dan bau residu
Bumi meraung dalam riang sedihnya
Bumi meriang dalam raung sakitnya
Bumi meminta manusia untuk mulai berempati
Bumi mengirim pesan pada kita untuk mulai peduli
Mari mulai belajar lebih peka
Mari mulai selamatkan bumi kita
Mari mulai bersihkan lingkungan kita
Mari mulai dari diri kita
Yogyakarta, Hari Bumi 22 April 2021