Info Sekolah
Rabu, 22 Okt 2025
  • MAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - MANDIRI - AKHLAKUL KARIMAH - NASIONALIS - TERAMPIL - ADAPTIF - PRESTASI
  • MAN 1 GUNUNGKIDUL MANTAP - MANDIRI - AKHLAKUL KARIMAH - NASIONALIS - TERAMPIL - ADAPTIF - PRESTASI
29 September 2025

Memanfaatkan Komik Sebagai Media Dalam Kegiatan Pembelajaran Sosiologi

Sen, 29 September 2025 Dibaca 37x

Oleh : Dyah Kuni Nurhidayah, SH
Guru Sosiologi MAN 1 Gunungkidul
-=-=-=-

Bagi saya belajar itu dapat diperoleh dari siapa saja. Pimpinan, teman, anak, orang tua, tetangga, tukang sampah, tukang becak, atau kepada siapa pun, asal kita mampu mengambil hikmah-hikmah di dalamnya.

Terinspirasi dan belajar dari seorang Blogger, sekaligus Guru Geografi di MAN 1 Gunungkidul, yang baru saja juga mendapat penghargaan sebagai Guru Inovatif di bidang Media Pembelajaran. Yang mana tulisannya banyak dijadikan rujukan  oleh guru- guru hampir seluruh Indonesia khususnya bidang Geografi. Beliau adalah Bapak Andi Hidayat. Maka mengulik dari berbagai media pembelajaran yang pernah beliau sampaikan, saya tertarik untuk mencoba menerapkan Media Komik dalam Pembelajaran Sosiologi.

Setelah mempelajari, secara mendalam, kongkrit, komik ternyata dapat dijadikan media pembelajaran mata pelajaran sosiologi.

Komik pada dasarnya, merupakan media belajar yang memberi rangsangan atau stimulus bagi seseorang dalam hal ini adalah anak (Siswa). Komik atau cergam adalah media yang digunakan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dengan gambar, yang kemudian digabungkan dengan teks atau informasi visual lainnya. Komik sering berbentuk rangkaian panel atau kotak-kotak berisi ilustrasi atau teks yang urutan panelnya membentuk alur cerita berisi frame cerita yang ada dalam komik. Seringkali dilengkapi dengan perangkat tekstual seperti balon ucapan, keterangan, dan onomatope yaitu kata atau kelompok kata yang meniru bunyi dari sumbernya, baik dari benda, hewan, manusia, atau bahkan dari alam. Dengan kata lain, onomatope merupakan tiruan bunyi yang digunakan untuk menggambarkan suara tertentu. Meliputi dialog, kisahan, efek suara, atau informasi lainnya. Ukuran dan pengaturan panel memberikan gambaran pada kecepatan kisah yang ingin disampaikan. Biasanya komik diwujudkan dalam bentuk kartun yaitu bentuk gambar yang kadang tidak realistis.

Komikmerujuk juga pada konsep  fumetti yaitu bentuk yang menggunakan gambar fotografi. Bentuk umum komik termasuk strip komik, editorial dan lelucon, dan buku komik. Fumetti adalah istilah Italia untuk komik, baik itu komik buku, komik strip, maupun komik foto (photo comics). Secara harfiah, fumetti berarti “puffs kecil asap”, yang mengacu pada gelembung kata dalam komik. Dalam bahasa Inggris, fumetti sering digunakan untuk merujuk pada komik foto, yaitu komik yang ilustrasinya menggunakan foto daripada gambar. 

Konsep komik  itulah yang mendorong untuk mencoba menerapkan dalam pembelajaran sosiologi dengan Media Komik. Apalagi kurikulum merdeka terbaru menekankan beberapa hal yaitu pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan Deep Learning.

Kurikulum Merdeka dapat diintegrasikan dengan pendekatan Deep Learning untuk menciptakan pembelajaran yang lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan. Pendekatan Deep Learning menekankan pada pemahaman konsep yang lebih kuat dan penerapan pengetahuan dalam konteks yang lebih luas. Kurikulum Merdeka, dengan fleksibilitasnya, menyediakan kerangka kerja yang luas, sedangkan Deep Learning memberikan pendekatan pembelajaran yang lebih spesifik untuk mencapai tujuan tersebut. 

Oleh sebab itu, pembelajaran dengan komik ini, peluang untuk menerapkan kurikulum terbaru tersebut lebih besar.

Teknik Kerja pada Pembelajaran Sosiologi dengan Media Komik:

Dimulai dengan pembagian  kelompok secara random dengan karakter dan tingkat kemampuan anak yang berbeda. Setelah terbentuknya kelompok, masing- masing  kelompok mulai bekerja. Langkah pertama,yang harus dikerjakan kelompok tersebut adalah menentukan topik atau tema yang mau diangkat sebagai Topik Komik. Tentunya topik atau tema yang diambil harus sesuai dengan materi ajar sosiologi. Kebetulan untuk pembahasan ini pada materi “Konflik dan Bentuk Akomodasi”.  

Penentuan topik mendorong terjadinya diskusi panjang dari kelompok kecil yang sangat mendalam. Baru kemudian ketua kelompok menentukan pembagian tugas siapa sebagai penulis scenario, pemeran aktor, kameramen sekaligus editor dan peran lainya.. Maka akan terlihat dalam satu media komik dapat terlihat penggalian berbagai karakter dan kemampuan anak (Siswa).

Bagian skenario : merupakan penulis, melatih anak berfikir kritis imaginatif dan upaya meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan ide/gagasan dalam tulisan. Inilah calon penulis handal.

Bagian pemeran/aktor : memahami skrip skenario yang kemudian menerjemahkan dalam bentuk visual gerak, melatih kemampuan kenistetik anak dalam mengekspresikan ekspresi jiwa sesuai skenario yang telah ditetapkan. Inilah calon aktris dan aktor masa depan.

Bagian kameramen : menangkap ekspresi jiwa yang dilakukan oleh aktor sehingga diharapkan ekspresi sesuai dengan skenario yang ditentukan. Inilah calon-calon sutradara.

Bagian editing : inilah bagian anak dalam memasukan gambar-gambar yang sudah dibuat oleh kameramen,sehinga tercipta estetika gambar komik yang menarik. Inilah calon editor.

Muncul juga bagian pengarah gaya,kostum,setting tempat.

Bagian penggembira : Ha ha ha…., ada juga, bagaimanapun dunia perlu juga itu, namun untuk model pembelajaran dengan media komik ini, hampir semua anak terlibat sesuai dengan kemampuan masing-masing anak (Siswa). Mereka betul-betul terlibat kerjasama untuk mendapatkan suatu jalan cerita yang baik dan menarik,yang akan terlihat hasilnya di komik yang mereka buat.

Lalu…., gurunya ngapain yaa…., hehe he he…. 😁

Belajar dengan media komik ini, selain memberikan model pembelajaran yang tidak monoton, juga menjadikan anak- anak terdorong untuk berfikir kritis dalam penentuan tema yang disesuaikan dengan “Pokok Bahasan Materi Sosiologi”. Selain itu berdisiplin karena ada durasi waktu, bertanggung jawab sesuai peran masing-masing, dan kerjasama. Serta pada pembelajaran dengan media komik ini, memberikan keleluasaan bergerak dalam mewujudkan skenario yang ada,dan penggunaan aplikasi komik juga memberikan nuansa pembelajaran abad 21,ternyata…  (anak-anak lebih canggih dari gurunya, 😁 ).

Namun media komik juga ada sedikit kelemahanya. Terutama kemampuan penggunaan waktu. Maka peran guru saat pembelajaran ini, harus selalu memantau dan atau control kerja anak-anak (Siswa), sehingga hasil kerja sesuai schedule atau waktu yang telah ditentukan. Begitu juga dalam penentuan tema, juga harus melalui persetujuan guru karena bisa jadi “Topik atauTema” tidak sesuai konteks Pembelajaran Materi Sosiologi.

Contoh hasil komik yang dibuat anak-anak. https://drive.google.com/drive/folders/1-L2ZT0xGCPIXOfpjSi3qGSzA_Xj9HjsL?usp=sharing

Penutup : Mari kita terus memberikan yang terbaik untuk anak-anak (Siswa) kita, karena ditangan merekalah nanti, yang akan meneruskan perjuangan Bangsa Indonesia. Semoga apa yang kita berikan tercatat sebagai tabungan amal setelah akhir nanti. Terimakasih.

KONTAK KAMI
(0274) 391377

Jl. Sunan Ampel 68 Trimulyo II Kepek Wonosari Gunungkidul Yogyakarta 55813

mansageka@gmail.com